Cara Menghadapi Perbedaan Pola Asuh Antara Kamu Dan Mertua

Punya anak itu udah bikin hidup 180 derajat berubah. Tapi punya anak + tinggal bareng mertua atau sering dibantu mertua? Itu bukan cuma berubah, tapi kayak upgrade ke mode survival.

Karena di titik ini, lo gak cuma mikirin cara asuh anak, tapi juga harus deal dengan perbedaan pola asuh antara lo dan orang tua pasangan lo. Dan kita tahu, kadang mertua punya gaya asuh yang beda jauh banget. Ada yang terlalu memanjakan, ada yang keras banget, atau justru ikut campur di tiap hal kecil.

Lo bisa sayang sama mertua, lo bisa pengen damai. Tapi kalau prinsip parenting lo ditabrak terus, lo pasti bakal stres sendiri. Makanya penting banget tau gimana cara menghadapi mertua dan pola asuh yang beda gaya tanpa bikin perang dingin di rumah.


1. Kenapa Pola Asuh Sering Jadi Konflik?

Karena parenting itu personal. Itu bukan sekadar cara ngurus anak, tapi soal nilai hidup, pengalaman masa kecil, dan gaya komunikasi. Ketika dua generasi ngasih input yang beda, tabrakan pasti terjadi.

Perbedaan pola asuh biasanya muncul di:

  • Gaya bicara (lembut vs keras)
  • Disiplin anak (bebas vs teratur)
  • Aturan makan dan tidur
  • Screen time
  • Cara menghadapi tantrum

Yang satu bilang “gak apa-apa, namanya juga anak-anak,” yang satu lagi bilang “gak boleh dimanjain terus!”. Ya lo bingung, kan?


2. Bedain Mertua Bantu vs Mertua Ambil Alih

Ada garis tipis antara mertua yang bantu jaga anak, dan mertua yang ambil alih. Yang bantu itu fleksibel, nanya dulu, dan ikut aturan lo. Tapi yang ambil alih? Biasanya:

  • Ngasih makan sesuka hati, padahal lo punya jadwal
  • Bikin anak tidur siang jam 6 sore
  • Bolehkan anak main HP berjam-jam
  • Melarang lo negur anak karena “kamu masih muda”

Kalau udah gini, mertua dan pola asuh jadi konflik nyata, bukan cuma beda sudut pandang.


3. Komunikasi Adalah Segalanya

Lo gak bisa berharap mertua ngerti batasan lo kalau lo gak pernah ngomong. Tapi ngomong juga gak bisa sembarangan. Gak bisa langsung, “Ma, cara Mama salah.” Salah-salah lo malah disangka kurang ajar.

Coba gini:

  • “Ma, aku pengen banget anak kita tumbuh disiplin dari kecil. Boleh gak kita coba rutinin jadwal makannya?”
  • “Aku seneng banget Mama bantu. Aku pengen bahas gimana biar kita satu suara.”

Kunci dari ngadepin perbedaan pola asuh adalah ngajak diskusi, bukan debat.


4. Ajak Pasangan Lo Jadi Tim

Pasangan lo itu harus jadi jembatan, bukan penonton. Kalau dia cuma diam tiap kali lo bersinggungan dengan mamanya, fix lo bakal capek sendiri.

Lo dan pasangan harus punya:

  • Visi yang sama soal pola asuh
  • Aturan dasar yang disepakati
  • Komitmen buat saling backup

Contoh:

  • Kalau lo bilang “no screen time setelah jam 7 malam,” dia harus dukung meskipun mamanya kasih HP.
  • Kalau anak tantrum, lo harus kompak soal cara nenanginnya.

Cara asuh anak harus dibangun tim, bukan solo player.


5. Tentukan Aturan Dasar yang Gak Bisa Ditawar

Mau sefleksibel apapun lo, harus ada aturan yang fix banget dan lo konsisten. Misalnya:

  • Jam tidur
  • Jumlah konsumsi gula/hampers/cemilan
  • Screen time
  • Bahasa atau nada bicara yang dipakai ke anak

Kalau aturan ini dilanggar, lo bisa sounding dengan tegas dan sopan.

Misal:

  • “Ma, soal tidur jam 8 itu penting banget buat tumbuh kembang dia. Tolong bantu dijaga ya.”
  • “Aku khawatir kalau terlalu sering dikasih permen, giginya bisa rusak.”

Perbedaan pola asuh bisa dikompromikan, tapi prinsip dasar harus dijaga.


6. Edukasi Tanpa Menggurui

Kalau lo punya info valid soal parenting modern—misal soal dampak screen time, disiplin positif, atau metode Montessori—share pelan-pelan.

Contoh:

  • Kirim artikel dan bilang, “Ma, aku baru baca ini, ternyata bagus loh.”
  • Ajak nonton video parenting bareng
  • Undang ke seminar parenting keluarga

Tujuannya adalah ngajak mertua dan pola asuh jadi satu jalan, bukan saling saingan.


7. Tetap Hormat Tapi Tegas

Hormati peran mereka sebagai kakek/nenek, tapi tetap jadi pemegang kendali utama. Cara nyampaikannya:

  • Pake nada rendah, tapi isi kalimat tetap clear
  • Jangan pakai kalimat menyalahkan, pakai kalimat perasaan
  • Jangan ngegas di depan anak

Contoh:

  • “Ma, aku ngerasa bingung kalau cara kita beda terus. Boleh gak kita bahas biar gak bikin anak bingung?”

Cara asuh anak butuh konsistensi. Dan anak lo harus tahu, siapa yang pegang kendali.


8. Punya Rutinitas Sendiri

Kalau lo tinggal bareng mertua, lo bisa bikin waktu tertentu buat keluarga inti aja. Misalnya:

  • Waktu makan malam hanya buat lo, pasangan, dan anak
  • Weekend activity khusus kalian bertiga
  • Rutinitas tidur yang ditangani hanya oleh lo dan pasangan

Ini bukan buat ngejauhin, tapi buat bikin anak punya identitas keluarga inti. Kalau semua ditangani kakek-nenek, lo bisa kehilangan kedekatan itu.


9. Jangan Ungkit Masa Lalu atau Nyindir

Kadang lo kesel karena merasa cara lo terus dikritik. Tapi jangan balas dengan nyindir pola asuh zaman dulu. Gak usah ngomong, “Makanya banyak anak zaman dulu trauma.” Itu cuma bikin hubungan makin jauh.

Fokus ke solusi. Bukan sindiran. Bahkan kalau perbedaan pola asuh udah ganggu banget, tetap gunakan pendekatan yang dewasa dan empatik.


10. Libatkan Mereka Dengan Aturan

Mertua tuh pengen merasa punya peran. Jadi libatkan mereka dalam hal yang gak terlalu sensitif. Misalnya:

  • Minta bantuan nyuapin anak di jam yang lo tentukan
  • Minta nemenin main, tapi kasih jenis mainan tertentu
  • Minta temani anak tidur siang dengan jadwal fix

Bikin mereka tetap berdaya, tapi lo tetap jadi pemimpin utama dalam parenting.


11. Konsisten Itu Kunci

Jangan plin-plan. Hari ini lo keras, besok lo longgar karena gak enak sama mertua. Anak lo akan bingung. Mertua juga gak bakal bisa percaya sama pola asuh lo kalau lo sendiri gak konsisten.

Setiap lo punya prinsip, ulangi terus. Tunjukin hasilnya. Lama-lama mereka akan lihat pola dan mungkin mulai ngerti.


12. Siap Mental: Gak Semua Orang Akan Satu Visi

Lo harus siap bahwa bisa jadi perbedaan pola asuh ini gak akan 100% selesai. Tapi selama lo dan pasangan satu visi, anak lo gak akan bingung. Yang penting:

  • Anak tau siapa yang harus diikuti
  • Lo dan pasangan tetap kompak
  • Suasana rumah tetap adem

Jangan maksa mertua berubah total. Tapi jagain zona lo supaya tetap aman.


13. Ajak Ngobrol Saat Anak Gak Ada

Jangan bahas parenting sambil anak nangis, atau pas mertua lagi nyuapin. Tunggu waktu santai, misalnya sore hari sambil minum teh.

Ngobrolnya juga jangan panjang dan berat. Sedikit-sedikit aja. Terkadang, komunikasi kecil tapi rutin jauh lebih efektif daripada satu obrolan panjang yang bikin canggung.


14. Minta Pasangan Backup Kalau Situasi Gawat

Kalau udah mentok dan lo gak bisa ngomong langsung, pasangan lo harus turun tangan. Tapi jangan kayak nyuruh. Diskusikan dulu biar gak bikin situasi makin awkward.

Misal:

  • “Kamu bisa bantu jelasin ke Mama kenapa kita gak kasih anak cemilan manis tiap hari?”
  • “Aku takut Mama salah paham, kamu bisa bantu kasih konteks gak?”

Mertua dan pola asuh yang berbeda bisa diredam kalau pasangan lo aktif di tengah-tengah.


15. Jangan Biarkan Anak Jadi Penengah

Kadang anak jadi korban karena mereka lihat orang dewasa debat. Jangan pernah ribut soal parenting di depan anak. Anak bisa merasa bingung, atau malah belajar buat “mainkan” situasi.

Misal:

  • Dia tahu kakek-nenek lebih longgar → dia manfaatkan itu
  • Dia lihat orang tuanya gak kompak → dia ikut frustrasi

Konsistensi orang tua penting buat stabilitas emosi anak.


16. Akhirnya, Kesehatan Mental Lo Tetap Prioritas

Kalau semua cara udah dicoba dan lo masih tertekan banget, evaluasi ulang. Bisa jadi lo butuh:

  • Support system lain (teman, konselor)
  • Break sesekali (biar anak dijaga pasangan, bukan mertua)
  • Mindset shift: lo gak bisa ubah semua orang, tapi bisa jaga diri sendiri

Ingat, lo butuh waras dulu biar bisa ngasuh anak dengan baik.


FAQ: Menghadapi Perbedaan Pola Asuh dengan Mertua

1. Apa wajar punya beda cara asuh dengan mertua?
Wajar banget. Perbedaan generasi pasti bawa perspektif yang beda juga. Yang penting komunikasinya sehat.

2. Boleh gak sih bilang “enggak” ke mertua?
Boleh, asal disampaikan dengan cara sopan dan tetap hormat. Batas tetap harus ada.

3. Kalau pasangan gak dukung gue, gimana?
Ini warning. Hubungan lo dan pasangan harus kuat dulu sebelum bisa atur pola asuh bareng.

4. Harus tinggal pisah biar bebas ngasuh anak sendiri?
Idealnya iya. Tapi kalau gak memungkinkan, lo bisa bikin aturan dalam rumah supaya lo tetap pegang kendali.

5. Gimana biar mertua gak tersinggung kalau dikasih masukan soal pola asuh?
Gunakan pendekatan empatik. Jangan nyerang, tapi ajak diskusi dengan nada menghargai pengalaman mereka.

6. Apa anak bakal bingung kalau ada dua pola asuh?
Kalau lo dan pasangan gak kompak, iya. Tapi kalau kalian solid, anak akan tahu mana yang jadi aturan utama.


Menghadapi perbedaan pola asuh antara lo dan mertua itu kayak jalan di atas tali: butuh keseimbangan, keberanian, dan strategi. Tapi selama lo tahu tujuan lo jelas—yaitu tumbuhin anak yang sehat fisik dan mental—lo pasti bisa navigate semuanya dengan waras.

Inget, bukan soal siapa paling benar. Tapi siapa yang paling konsisten dan paling ngerti apa yang terbaik buat anak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *